4.11.2009

Gilbert F. White, Bapak Manajemen Banjir

Gilbert F. White yang pada tahun 1942 dalam dissertasi doktornya yang sangat terkenal Human Adjustment to Floods menulis : Floods are ‘acts of God’ but flood losses are largely acts of man. Kalimat yang inspiratif tersebut kini telah menjadi milik dunia. Bahwa banjir adalah kehendak Tuhan kiranya tak ada yang menyangkal. Banjir adalah fenomena alam sebagai akibat panas matahari dan perputaran bumi yang menggerakkan siklus hidrologi. Bahwa umumnya kerugian banjir adalah karena perbuatan manusia, mungkin masih banyak diantara kita yang belum memahami.
"Banjir adalah Kehendak Tuhan, tetapi kerugian banjir secara besar perbuatan dan kehendak manusia."
Bapak Manajemen Banjir , meninggal pada 5 Oktober 2006 di rumahnya yang menghadap Boulder Creek di Boulder, Colorado. White, merupakan salah satu dari sederetan Profesor Emeritus dari Geografi di Universitas Colorado sejak 1980, yang telah dikenal secara luas dan banyak menyukai angka di ilmu geografi, kebijakan publik, manajemen banjir, sumber daya air, dan inisiatif lingkungan di seluruh dunia.

Lahir 26 November 1911 di Hyde Park, Illinois, menjadikan White tertarik dalam interaksi manusia-lingkungan selama musim summers dan dilahirkan di peternakan keluarga di Wyoming. Dia diterima mendapat gelar sarjana dari University of Chicago, dan Doktoral 1942 dengan disertasi:
“Penyesuaian Manusia Terhadap Banjir, telah dijuluki orang yang paling berpengaruh yang pernah ditulis oleh ahli ilmu bumi Amerika ini”
Dari uraian di atas tampak bahwa kerugian banjir muncul terkait dengan kepentingan manusia. Ketika sebuah prasarana pengendali banjir selesai dibangun umumnya segera diikuti oleh pembangunan daerah yang didorong oleh rasa aman semu karena adanya bangunan pengendali tersebut. Sedangkan untuk pengembangan di dataran banjir dan okupasi sempadan sungai biasanya disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap fungsi dan karakter sungai. Sungai sebagai alur alami tempat air mengalir sebenarnya hanya menunjukkan akibat saja dari perlakuan kita terhadap DAS. Karena ruang dan lahan DAS kita perlakukan secara sembarangan kurang memperhatikan fungsinya sebagai media air mengalir, pada saat musim penghujan kita menuai hasilnya berupa masalah banjir yang semakin kronis.
Karena air merupakan cerminan peruntukan lahan tidak kita pahami, akhirnya kita mencelakai diri sendiri.