5.24.2009

Sedulur Sikep

Ajaran Samin (Saminisme) yang disebarkan oleh Samin Surosentiko (1859-1914), adalah sebuah konsep penolakan terhadap budaya kolonial Belanda dan penolakan terhadap kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan Belanda abad ke-19 di Indonesia. Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh sebagai perjuangan melawan kesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk perluasan hutan jati.

Samin Surosentiko (Blora, 1859 - Padang, 1914) atau Samin, bernama asli Raden Kohar, adalah pelopor Ajaran Samin (Saminisme). Samin Surosentiko lahir pada 1859 dengan nama Raden Kohar di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora Jawa Tengah. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau Samin Sepuh. Ia mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko sebab Samin adalah sebuah nama yang bernafaskan wong cilik. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan Pangeran Kusumoningayu yang berkuasa di Kabupaten Sumoroto (kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada 1802-1826. Samin wafat dalam pengasingan (ia diasingkan oleh Belanda) di kota Padang, Sumatra Barat pada tahun 1914.

Otak intelektual gerakan Saminisme adalah Raden Surowijoyo. Pengetahuan intelektual Kyai Samin ini di dapat dari ayahanda, yaitu anak dari pangeran Kusumaniayu (Bupati Sumoroto, yaitu kawasan distrik pada kabupaten Tulungagung Jawatimur). Lelaki kelahiran tahun 1859 di Ploso ini sejak dini dijejali dengan pandangan-pandangan viguratif pewayangan yang mengagungkan tapabrata, gemar prihatin, suka mengalah (demi kemenangan akhir) dan mencintai keadilan. Beranjak dewasa, dia terpukul melihat realitas yang terjadi, dimana banyaknya nasib rakyat yang sengsara, dimana Belanda pada saat itu sangat rajin melakukan privatisasi hutan jati dan mewajibkan rakyat untuk membayar pajak. Pada saat itulah, Raden Surowijoyo melakukan perampokan pada keluarga kaya dan hasilnya dibagi-bagi kepada fakir miskin. Dia juga menghimpun para brandalan di Rajegwesi dan Kanner yang dikemudian hari menyusahkan pihak Gupermen. Pada saat itulah, Kyai keturunan bangsawan ini dikenal oleh masyarkat kecil dengan sebutan Kyai Samin yang berasal dari kata “sami-sami amin” yang artinya rakyat sama-sama setuju ketika Raden Surawijoyo melakukan langkah membrandalkan diri untuk membiayai pembangunan unit masyarakat miskin. Kyai Samin Surosantiko tidak hanya melakukan gerakan agresif revolusioner, dia juga melakukan ekspansi gagasan dan pengetahuan sebagai bentuk pendekatan transintelektual kaum tertindas (petani rakyat jelata) dengan cara ceramah dipendopo-pendopo pemerintahan desa. Isi dari ceramah ini yaitu keinginan membangun kerajaan Amartapura. Adapun pesan substantif yang didengung-dengungkan yaitu meliputi; jatmiko (bijaksana) dalam kehendak, ibadah, mawas diri, mengatasi bencana alam dan jatmiko selalu berpegangan akan budi pekerti.
Namun akhir pergerakan dari Kyai Samin Surosentiko di cekal oleh Belanda dan dibuang di Tanah Lunto pada tahun 1914, yang belum sempat mengaktualisasikan seluruh ide-idenya. Bukan hanya otak pergerakannya, bahkan kitab orang Samin yang ditulisnya juga di sita yang berjudul Serat Jamus Kalimasada, demikian pula dengan kitab-kitab pandom kehidupan orang-orang Samin. Kyai Samin Surosantiko merupakan generasi Samin Anom yang melanjutkan gerakan dari sang Ayah yang disebut sebagai Samin Sepuh. Sehingga masa kepemimpinannya, ajaran Saminisme terbagai dalam dua sekte, yaitu sekte Samin Sepuh dan sekte Samin Anom. Siklus kepemimpinan ini secara mati-matian berusaha menciptakan masyarakat yang bersahaja lahir dan batin. Kyai Samin memiliki sikap puritan, dia bukanlah petani biasa, namun dia adalah cucu dari seorang pangeran. Kyai Samin adalah orang yang gigih dalam menggoreskan kalam untuk membagun insan kamil dengan latar belakang ekonomi yang mapan.

Masyarakat Samin memiliki tiga unsur gerakan Saminisme; pertama, gerakan yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang system feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung; kedua, gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan fisik yang mencolok; dan ketiga, gerakan yang berdiam diri dengan cara tidak membayar pajak, tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri, menjegal peraturan agraria dan pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci. Menurut Kartodirjo, gerakan Samin adalah sebuah epos perjuangan rakyat yang berbentuk “kraman brandalan” sebagai suatu babak sejarah nasional, yaitu sebagai gerakan ratu adil yang menentang kekuasaan kulit putih.
Ajaran Samin bersumber dari agama Hidhu-Dharma. Beberapa sempalan ajaran Kyai Samin yang ditulis dalam bahasa jawa baru yaitu dalam bentuk puisi tradisional (tembang macapat) dan prosa (gancaran). Secara historis ajaran Samin ini berlatar dari lembah Bengawan Solo (Boyolali dan Surakarta). Ajaran Samin berhubungan dengan ajaran agama Syiwa-Budha sebagai sinkretisme antara hindhu budha. Namun pada perjalannanya ajaran di atas dipengaruhi oleh ajaran ke-Islaman yang berasal dari ajaran Syeh Siti Jenar yang di bawa oleh muridnya yaitu Ki Ageng Pengging. Sehingga patut di catat bahwa orang Samin merupakan bagian masyarakat yang berbudaya dan religius.

Daerah persebaran ajaran Samin menurut Sastroatmodjo (2003) diantaranya di Tapelan (bojonegara), Nginggil dan Klopoduwur (Blora), Kutuk (Kudus), Gunngsegara (Brebes), Kandangan (Pati), dan Tlaga Anyar (Lamongan). Ajaran di beberapa daerah ini merupakan sebuah gerakan meditasi dan mengerahkan kekuatan batiniah guna menguasai hawa nafsu.
Sebab perlawaan orang Samin sebenarnya merefleksikan kejengkelan penguasa pribumi setempat dalam menjalankan pemerintahan di Randublatung. Tindakan perlawanan ini dalam bentuk gerakan mogok membayar pajak, mengambil pohon kayu di hutan semaunya, bepergian tanpa membayar karcis kereta dan sebagainya. Perbuatan di atas membuat Belanda geram dan meyinggung banyak pihak yang menimbulkan kontradiksi yang tak kunjung padam dan membara.

Pandangan orang Samin terhadap pemimpinnya sampai saat ini masih mengakui bahwa Kyai Samin tidak pernah mati, Kyai Samin hanya mokhsa yang menjadi penghuni kaswargan. Tokoh ini dimitoskan secara fanantik, bahkan pada momentum perayaan upacara rasulan dan mauludan sebagai ajang untuk mengenang kepahlawanan Kyai Samin. Setiap pemuka masyarakat Samin selalu berbegangan sejenis primbon (kepek) yang mengatur kehidupan luas, kebijaksanaan, petunjuk dasar ketuhanan, tata pergaulan muda-mudi, remaja, dewasa dan antarwarga Samin .

Bahasa yang digunakan oleh orang Samin yaitu bahasa kawi yang ditambah dengan dialek setempat, yaitu bahasa kawi desa kasar. Orang Samin memiliki kepribadian yang polos dan jujur hal ini dapat dilihat setiap ada tamu yang datang, orang Samin selalu menyuguhkan makanan yang dimilikidan tidak pernah minyimpan makanan yang dimilikinya. Pengatahuan orang Samin terhadap rites perkawinan adalah unik, mereka menganggap bahwa dengan melalui rites perkawinan, mereka dapat belajar ilmu kasunyatan (kajian realistis) yang selalu menekankan pada dalih kemanusiaan, rasa sosial dan kekeluargaan dan tanggung jawab sosial. Orang Samin percaya dalam menuju kemajuan harus dilalui dengan marangkak lambat. Hal ini dapat dilihat dengan perilaku menolak mesin seperti traktor, huller dan lain-lain. Pakaian yang digunakan orang Samin adalah kain dengan dominasi warna hitam dengan bahan yang terbuat dari kain kasar.

Suku Samin juga mengalami perkembangan dalam hal kepercayaan dan tata cara hidup. Kawasan daerah Pati dan Brebes, terdapat sempalan Samin yang disebut Samin Jaba dan Samin Anyar yang telah meninggalkan tatacara hidup Samin dahulu. Selain itu, di Klapa Duwur (Blora) Purwosari (Cepu), dan Mentora (Tuban) dikenal wong sikep, mereka ini dulunya fanatik, tapi kini meninggalkan arahan dasar dan memilih agama formal, yakni Budha-Dharma.
Beberapa pikiran orang Samin diantaranya; menguasai adanya kekuasaan tertinggi (sang Hyang Adi budha), ramah dan belas kasih terhadap sesama mahluk, tidak terikat kepada barang-barang dunia-kegembiraan-dan kesejahteraan, serta memelihara keseimbangan batin dikalangan antar warga. Orang Samin dengan jelas mencita-citakan membangun negara asli pribumi, yang bebas dari campur tangan orang kulit putih, tiada dominasi barat satupun. Ajaran politik yang dikenakan pada suku Samin yaitu cinta dan setia kepada amanat leluhur, kearifan tua, cinta dan hormat akan pemerintahan yang dianggap sebagai orang tua dan sesepuh rohani, hormat dan setia pada dunia intelektual.
Dengan suguhan tulisan ini, diharapkan wawasan dan pengetahuan saya dan pembaca semuanya lebih terbuka serta kemudian mampu bersikap bijak dan arif dalam memandang sebuah reailtas yang ada.

Daerah penyebaran dan para pengikut ajaran Samin
Tersebar pertamakali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan. Atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.
Dua tempat penting dalam pergerakan Samin adalah Desa Klopodhuwur di Blora dan Desa Tapelan di Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, yang memiliki jumlah terbanyak pengikut Samin. Mengutip karya Harry J. Benda dan Lance Castles (1960), orang Samin di Tapelan memeluk saminisme sejak tahun 1890. Dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië (1919) diterangkan, orang Samin seluruhnya berjumlah 2.300 orang (menurut Darmo Subekti dalam makalah [[Tradisi Lisan Pergerakan Samin, Legitimasi Arus Bawah Menentang Penjajah, (1999), jumlahnya 2.305 keluarga sampai tahun 1917, tersebar di Blora, Bojonegoro, Pati, Rembang, Kudus, Madiun, Sragen, dan Grobogan) dan yang terbanyak di Tapelan.

Orang-orang Samin sebenarnya kurang suka dengan sebutan “Wong Samin” sebab sebutan tersebut mengandung arti tidak terpuji yaitu dianggap sekelompok orang yang tidak mau membayar pajak, sering membantah dan menyangkal aturan yang telah ditetapkan sering keluar masuk penjara, sering mencuri kayu jati dan perkawinannya tidak dilaksanakan menurut hukum Islam. Para pengikut Saminisme lebih suka disebut “Wong Sikep”, artinya orang yang bertanggung jawab sebutan untuk orang yang berkonotasi baik dan jujur.

Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran:
  • tidak bersekolah,
  • tidak memakai peci, tapi memakai "iket", yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa dahulu,
  • tidak berpoligami,
  • tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
  • tidak berdagang.
  • penolakan terhadap kapitalisme.

Konsep Ajaran Masyarakat Samin masuk dalam kategori Budaya Masyarakat Samin : Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Adalah prinsip dan falsafah hidup Masy Samin tetap diyakini sampai saat ini Tahun 2006 . Dengan Tradisi Lisan menjaga Budaya dan Tradisi Lisan kepada generasi dan keturunan tingkat ke 4 adalah suatu hal yang perlu mendaatkan penelitian, yang berlanjut kepada pengakuan akan keberadaan Masayarakat Samin yang mempunyai kekhasan dalam bersikap dan bertindak. Masyarakat statis menjaga tradisi untuk kelanggengan keyakinan.

Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:
  • Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dlam hidupnya.
  • Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka mengambil milik orang.
  • Bersikap sabar dan jangan sombong.
  • Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
  • Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.
  • Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.
  • Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa.
  • Dengan mempedomani kitab itulah, orang Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah "Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni."
  • Samin Surosentiko lahir pada 1859 dengan nama Raden Kohar di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau Samin Sepuh. Ia mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko sebab Samin adalah sebuah nama yang bernafas wong cilik. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan Pangeran Kusumoningayu yang berkuasa di Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada 1802-1826.
  • Pada 1890 Samin Surosentiko mulai mengembangkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak yang tertarik dan dalam waktu singkat sudah banyak orang menjadi pengikutnya. Saat itu pemerintah Kolonial Belanda menganggap sepi ajaran tersebut. Cuma dianggap sebagai ajaran kebatinan atau agama baru yang remeh temeh belaka.
  • Pada 1903 residen Rembang melaporkan terdapat 722 orang pengikut Samin yang tersebar di 34 desa di Blora bagian selatan dan Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Pada 1907, pengikut Samin sudah berjumlah sekitar 5000 orang. Pemerintah mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.
  • Pada 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian 40 hari sesudah menjadi Ratu Adil itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh asisten Wedana Randublatung, Raden Pranolo. Beserta delapan pengikutnya, Samin lalu dibuang ke luar Jawa (ke kota Padang, Sumatra Barat), dan meninggal di Padang pada 1914.
  • Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan gerakan Samin. Pada 1908, Wongsorejo, salah satu pengikut Samin, menyebarkan ajarannya di Madiun, mengajak orang-orang desa untuk tidak membayar pajak kepada pemerintah. Wongsorejo dengan sejumlah pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa.
  • Pada 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di Grobogan. Karsiyah menyebarkan ajaran Samin di kawasan Kajen, Pati. Perkembangannya kemudian tidak jelas.
  • Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, namun gagal.
  • Puncak penyebaran gerakan Samin terjadi pada 1914. Pemerintah Belanda menaikkan pajak. Disambut oleh para pengikut Samin dengan pembangkangan dan penolakan dengan cara-cara unik. Misalnya, dengan cara menunjukkan uang pada petugas pajak, "Iki duwite sopo?" (bahasa Jawa: Ini uangnya siapa?), dan ketika sang petugas menjawab, "Yo duwitmu" (bahasa Jawa: Ya uang kamu), maka pengikut Samin akan segera memasukkan uang itu ke sakunya sendiri. Singkat kata, orang-orang Samin misalnya di daerah Purwodadi dan di Balerejo, Madiun, sudah tidak lagi menghormati pamong Desa, polisi, dan aparat pemerintah yang lain.
  • Dalam masa itu, di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga mengejek dan memandang para aparat desa dan polisi sebagai badut-badut belaka.
  • Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap pemerintah, dengan tidak mau membayar pajak. Karena itu, teror dan penangkapan makin gencar dilakukan pemerintah Belanda terhadap para pengikut Samin.
  • Pada tahun 1914 ini akhirnya Samin meninggal dalam pengasingannya di Sumatra Barat. Namun teror terus dilanjutkan oleh pemerintah Belanda terhadap pengikut Samin. Akibat teror ini, sekitar tahun 1930-an, perlawanan gerakan Samin terhadap pemerintah kolonial menguap dan terhenti.
  • Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap menilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. oleh karenanya, ketika menikah, mereka tidak mencatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil.
  • Secara umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.
  • Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan. Pakaian orang Samin biasanya terdiri baju lengan panjang tidak memakai krah, berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki. Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan dengan kekerabatan Jawa pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih ke atas setelah Kakek atau Nenek.

Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin maupun masyarakat di luar Samin terjalin dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat Samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggalnya jauh.
Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan “Atmaja (U)Tama” (anak yang mulia).
Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : “ Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama…… Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.”
Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.
Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang menikahkan hanya orang tua pengantin.
Ajaran perihal Perkawinan dalam tembang Pangkur orang Samin adalah sebagai berikut (dalam Bahasa Jawa):
“Saha malih dadya garan, "Maka yang dijadikan pedoman, anggegulang gelunganing pembudi, untuk melatih budi yang ditata, palakrama nguwoh mangun, pernikahan yang berhasilkan bentuk, memangun traping widya, membangun penerapan ilmu, kasampar kasandhung dugi prayogântuk, terserempet, tersandung sampai kebajikan yang dicapai, ambudya atmaja 'tama, bercita-cita menjadi anak yang mulia, mugi-mugi dadi kanthi.” mudah-mudahan menjadi tuntunan."
Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka. Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.Dalam pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja yaitu penghujan dan kemarau. Masyarakat Samin menyadari isi dan kekayaan alam habis atau tidak tergantung pada pemakainya.

Pemukiman masyarakat Samin biasanya mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah agar memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut terbuat dari kayu terutama kayu jati dan juga bambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah relatif luas dengan bentuk limasan, kampung atau joglo. Penataan ruangnya sangat sederhana dan masih tradisional terdiri ruang tamu yng cukup luas, kamar tidur dan dapur. Kamar mandi dan sumur terletak agak jauh dan biasanya digunakan beberapa keluarga. Kandang ternak berada di luar di samping rumah.
Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana.
Sekalipun masyarakat Samin berusaha mempertahankan tradisi namun tidak urung pengaruh kemajuan zaman juga mempengaruhi mereka. Misalnya pemakaian traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, alat-alat rumah tangga dari plastik, aluminium dan lain nya. Yang diharapkan tidak hilang terpupus zaman adalah nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat Samin tersebut, misal kejujuran dan kearifannya dalam memakai alam, semangat gotong royong dan saling menolong yang masih tinggi. Sumber : Wikipedia
»»  read more

5.23.2009

Ponari, Peringatan Dini Bagi Kekuasaan

Cerita Ponari dan batu ajaibnya telah menarik perhatian banyak rakyat Indonesia. Siapa yang tidak tahu Ponari? Sampai kemarin muncul asumsi dari para kyai ketika berkumpul di Kediri menyatakan bahwa memberitakan Ponari saja kategorinya haram

Ribuan, bahkan puluhan ribu berita dan wacana sudah tertulis mengenai Ponari, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di panca benua. Ketik “Ponari Indonesia” di mesin pencari Google, kita akan menemukan 634.000 situs. Rano Karno saja hanya mendapatkan 145.000 situs. Tidak perlu saya ulang lagi ratusan cerita mengenai Ponari.
Akan tetapi, kepopuleran dukun cilik Ponari merupakan sebuah peringatan akan keputusasaan rakyat miskin terhadap sistem pelayanan kesehatan kita. Putus asa bukan karena dokternya bodoh (walau tak sedikit dokter dan suster yang kurang terlatih karena sistem pendidikan kita yang tak terurus). Putus asa karena memang tidak mampu pergi ke dokter sama sekali. Inilah mengapa puluhan ribu rakyat berbondong-bondong mencari air ajaibnya Ponari, berdesak-desakan hingga ada yang meninggal terinjak-injak.

Ulama-ulama pun antri untuk mengutuk dukun cilik Ponari sebagai aliran sesat. Para ahli kesehatan mengelus dada melihat bodohnya rakyat, lalu kembali lagi ke kesibukannya melayani mereka yang bisa membayar. Kaum liberal-moralis bangun dari kursi mereka, hatinya terpukul oleh bocah cilik Ponari yang disalahgunakan oleh keluarganya untuk keuntungan finansial, lalu kembali duduk di kursi empuk mereka meratapi kejamnya dunia. Pengamat-pengamat di televisi dan koran berebut bersaing untuk menganalisa “fenomena” ini. Petugas-petugas pemerintah ingin menutup praktek ilegal ini demi ketertiban, satu ancaman yang kosong bila sudah kena ciprat. Para kapitalis kelabakan harga saham mereka turun, dan kawatir kalau mereka harus menjual satu dari sekian banyak mobil dan rumah mewah mereka. Para politisi sibuk dengan pemilihan umum.

Ini semua bukan karena rakyat bodoh dan mudah ditipu oleh cerita-cerita mujizat. Mereka-mereka yang terpelajar dengan sinis berkata, “Rakyat kita bodoh, makanya mereka tetap miskin”. Apakah rakyat miskin karena mereka bodoh? Atau mereka bodoh karena miskin dan tak punya uang untuk pergi ke sekolah yang mahal? Kepercayaan terhadap tahayul adalah suatu ekspresi dari kondisi objektif di dalam suatu masyarakat. Kemelaratan, kemiskinan, dan keputusasaan yang timbul darinya adalah ladang yang subur untuk cerita-cerita tahayul seperti Ponari ini.

Cerita Ponari adalah satu potret dari sekian banyak potret yang bila kita susun akan menunjukkan satu cerita yang pahit: kemiskinan di tengah kekayaan yang berlimpah. Umat manusia sudah bisa mengirim orang ke bulan 40 tahun yang lalu, tetapi mayoritas rakyat masih harus “terpaksa” (atau “dipaksa”) percaya tahayul untuk meringankan kesengsaraan mereka, biarpun ilusi ini hanyalah sesaat. Dengan kekayaan yang berlimpah, sebuah pelayanan kesehatan yang gratis dan berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia adalah satu hal yang seharusnya bisa dicapai.

Ponari yang lain akan selalu lahir. Mungkin kali ini dengan kayu ajaib atau kain sakti. Tetapi untuk setiap cerita Ponari lainnya, ada puluhan, bahkan ribuan, cerita kepahlawanan seorang buruh yang bangkit melawan bosnya, cerita seorang petani yang menolak penindasan tuan tanah, atau cerita seorang pemuda yang tersambar oleh puisinya Thukul atau tulisan-tulisan Marx dan lalu menyingsingkan lengan bajunya untuk berjuang dengan rakyatnya. Cerita Ponari adalah sebuah peringatan bagi yang berkuasa bahwa zaman akan berubah. Ribuan rakyat yang sekarang berbondong-bondong ke praktik Ponari di satu hari akan berbondong-bondong, ratusan kali lipat, mendatangi istana presiden untuk mengubah nasib mereka. Yang putus asa menjadi berpengharapan, yang letih menjadi bersemangat, dan lalu kita tidak perlu lagi Ponari-Ponari di masyarakat kita. Sumber : mediabersama.com
»»  read more

5.18.2009

Hati-hati Flu Babi Menyelinap Via PDF

Masih berkaitan dengan kasus flu babi atau swine flu, phisher dan spammer telah memanfaatkan kesempatan di tengah maraknya kasus tersebut. Phisher dan spammer telah mengeskploitasi ketakutan publik dengan cara menjual produk farmasi atau menjual informasi, seperti yang dilaporkan CNET News, Selasa (28/4).

Scam email kini telah menjadi subject pembicaraan berkaitan dengan swine flu, dan kemudian menghubungkan ke website phishing atau attachment yang mengandung kode ’jahat’. Satu fitur scam tersebut dilaporkan oleh Symantec, memiliki dokumen Adobe PDF yang ’jahat’ berjudul "Swine influenza frequently asked questions.pdf". File PDF yang ‘jahat’ tersebut diketahui bernama "Bloodhound.Exploit.6", dan kemudian akan memberikan kode ‘jahat’ InfoStealer ke dalam komputer user yang menjadi korban.

Satu spam lain dengan subject "Suspected Mexican flu toll hits 81", juga termasuk berita headline dari agen legal dan menanyakan kepada penerima email, apakah mereka berlokasi di U.S atau Meksiko, dan apakah mereka tahu siapa saja yang sudah terinfeksi flu babi. Menurut yang dilansir di blog Symantec, penerima email spam tersebut akan didorong untuk membuka website dan mengisi form atau membalas email, termasuk memberikan alamat email mereka dan nomor telepon.

Sementara CERT (Computer Emergency Response Team) memberikan saran untuk melawan email spam ini, user tidak perlu mengikuti bujukan spammer dan phisher untuk membuka link website tidak jelas dan attachment dalam pesan email. Selain itu, user juga harus mengupdate software antivirus untuk menangkalnya, tambah CERT.(h_n).
Sumber : Beritanet
»»  read more

5.06.2009

Meksiko Tersiksa Mexicophobia

Sungguh tak enak menjadi warga Meksiko beberapa waktu belakangan. Gara-gara flu babi, di mana pun berada, warga Negeri Sombrero itu selalu dikucilkan karena dianggap membawa virus H1N1.

Padahal, hanya segelintir warga Meksiko yang terbukti positif tertulari flu babi. Sisanya sehat walafiat. Tapi, tetap saja mereka dikarantina atau setidaknya diperlakukan dengan tidak hormat.

Ambil contoh yang terjadi di Cile. Seperti dilaporkan The New York Times, sebuah tim sepak bola asal Meksiko dilarang tampil di negeri tersebut. Padahal, tak seorang pun di antara anggota rombongan tim itu yang terbukti sakit. Empat negara lain, yakni Argentina, Peru, Ekuador, dan Kuba, juga masih menolak semua penerbangan dari Meksiko.

Kondisi lebih ekstrem dialami warga negeri yang beribu kota di Mexico City tersebut di Tiongkok. Mereka benar-benar mendapatkan perlakuan diskriminatif sejak Sabtu lalu (2/5). Sampai-sampai, pemerintah Meksiko harus mengirim pesawat untuk menjemput mereka.

"Warga kami, termasuk yang sehat, diungsikan ke sejumlah hotel. Selanjutnya, dengan pengawalan ketat, warga kami dibawa ke rumah sakit untuk menjalani tes," ungkap seorang pejabat Kedutaan Meksiko di Beijing Senin lalu (4/5).

Mexicophobia alias ketakutan terhadap semua warga Meksiko itu otomatis membuat pemerintahan Presiden Felipe Calderon tersinggung. Sebab, di antara sekitar 100 juta penduduk Meksiko, hanya ratusan yang sudah dinyatakan positif mengidap virus H1N1. Di samping itu, Meksiko bukan satu-satunya negara yang menjadi "tuan rumah" flu babi. Sedikitnya, ada 20 negara lain yang telah mengonfirmasikan kasus tersebut.

Kasus flu babi memang kali pertama ditemukan di kawasan barat daya Amerika Serikat (AS) dan beberapa wilayah Meksiko. Tapi, dalam penyelidikannya, United States Centers for Disease Control and Prevention menyimpulkan bahwa virus influenza tersebut hidup pada kawanan babi di Eropa dan Asia. Sama dengan virus yang menyerang unggas (flu burung) dan manusia. (hep/ttg)


Kejengkelan Mereka yang Hidup di Bawah Mikroskop Karantina Hotel di Hongkong

Sepekan di Kamar Melulu, Tekan Stres dengan Perbarui Blog
Hidup terisolir dari dunia luar sungguh tidak nyaman. Apalagi itu harus dilakoni sampai sepekan. Gara-gara dikarantina mendadak di hotel yang diinapi, 300 tamu hotel di Hongkong jadi senewen. Bagaimana mereka melewati hari-hari menjengkelkan itu?

Kamar-kamar sempit di Hotel Metropark di Distrik Wanchai, Hongkong, menjadi saksi bisu bagaimana para tamu hotel itu dipisahkan sementara dari dunia luar. Sejak Jumat (24/4), mereka tak diperkenankan keluar kamar. Serentetan tes kesehatan harus dijalani.

Karantina tersebut memang bukan tanpa alasan. Seorang laki-laki warga Meksiko yang menginap di hotel tersebut positif mengidap virus H1N1. Tak pelak, otoritas Hongkong pun kelabakan mengatasi agar kasus flu babi pertama di Asia itu tak menyebar. Langkah drastis diambil. Bukan hanya korban flu babi yang diisolir, tapi semua penghuni hotel, termasuk juru masak dan petugas kebersihan sekalipun.

Seluruh akses keluar-masuk hotel di kawasan ramai tersebut juga ditutup. Kawasan Hotel Metropark benar-benar disterilkan. Para petugas kesehatan lalu-lalang di sekitarnya. Mereka mengenakan baju khusus dengan wajah tertutup masker.

Pemimpin Hongkong Donald Tsang meminta maaf atas ketidaknyamanan yang diterima oleh tamu hotel. Dinas kesehatan dan sejumlah ahli menyatakan telah melakukan tindakan terukur untuk mencegah penyebaran virus flu babi.

''Kami sangat memaklumi jika karantina ini dilakukan di rumah sakit. Kami juga bisa menerima bila ini terjadi di bandara. Tapi sungguh tidak masuk akal bahwa (karantina) ini akan terjadi di hotel,'' kata seorang tamu hotel.

Tak bisa pergi kemana-mana tentu saja membosankan. Apalagi, kedatangan para tamu hotel itu ke Hongkong, sebagian besar untuk berjalan-jalan. ''Anda harus tetap di kamar. Anda hanya diperbolehkan ke lobi. Anda harus mencuci sendiri dan hanya ada TV, komputer, iPod,'' ujar Leslie Carr, tamu hotel, asal Inggris, menirukan perintah yang diterimanya.

Untuk membunuh waktu, hanya ada satu hiburan yang dirasa sangat membantu Carr. ''Komputer pribadi membuat saya tetap tenang,'' tambah Carr kepada Reuters. Dia mengirimkan gambaran di dalam hotel tersebut melalui YouTube dan blog pribadinya.

Lewat dunia maya itulah dia menceritakan kemarahan para tamu yang merasa telah diperlakukan diskriminatif oleh otoritas setempat. Mereka frustasi karena perjalanan terganggu, juga karena buruknya makanan yang diberikan oleh pihak hotel.

Meski demikian, ketakutan dan kemarahan tamu cukup terobati dengan tidak ditemukannya kasus baru H1N1. Saat ini para tamu tinggal menghitung hari agar bisa keluar dari hotel.

''Kami berusaha melakukan berbagai cara yang menurut kami tidak memberatkan mereka. Tidak orang yang mau dikarantina seperti ini. Kebetulan mereka berada di hotel ini, saat ini,'' terang Dinas Kesehatan Hongkong.

Kekhawatiran Hongkong akan terjangkit virus H1N1 itu tak berlebihan. Padatnya populasi di kota itu menjadi faktor utama penyebaran virus SARS pada 2003. Pengalaman itulah yang menurut sejumlah ahli membuat otoritas Hongkong begitu waspada. Ahli penyakit infeksi mengatakan data yang diperoleh dari hasil karantina di hotel itu akan menjadi info berharga untuk menghadapi situasi darurat di masa depan.

''Sepertinya sangat menakutkan. Tapi sebenarnya kami hanya ingin menunjukkan bahwa kami sangat berhati-hati,'' ujar Yuen Kwok-yung, kepala jurusan mikrobiologi di University of Hong Kong, sekaligus tenaga ahli pemerintah. Pemerintah Meksiko sempat memprotes karantina tersebut. Mereka menganggap tindakan ''Meksikofobia'' itu berlebihan dan diskriminatif. Tak mau diperlakukan seperti itu, mereka mengirimkan pesawat khusus untuk menjemput warganya di Hongkong, yang kemarin sudah tiba di Tiongkok. (cak/ami)
»»  read more

4.22.2009

Berkah Letusan Gunungapi Kerinci

JAMBI--MI: Aktivitas Gunung Kerinci di Kabupaten Kerinci, Jambi, yang kian kuat dengan mengeluarkan letusan disertai semburan abu vulkanik, tidak membuat penduduk yang tinggal di kaki gunung itu cemas.
Bahkan sebagian warga yang hidup sebagai petani menyambut letusan material dari perut gunung sebagai berkah, karena bakal menambah kesuburan lahan pertanian mereka.
"Kalau meletus habis (dahsyat) ya takut. Ini kan tidak. Seperti yang terja di Senin (20/4) dini hari, hanya letusan kecil dan sering terjadi beberapa tahun sekali. Biasanya, setelah terjadi letusan, lahan pertanian kami bertambah subur, berkat siraman debu vulkanik," kata Depati Abul As, salah seorang pemuka masyarakat Kabupaten Kerinci, Selasa (21/4). Pada Selasa dini hari gunung api tertinggi di Sumatra (3.805 meter di atas permukaan laut) sempat mengagetkan warga, karena mengeluarkan bunyi letusan kuat disertai getaran di sekitarnya. Dari kawah berbentuk kerucut dengan ukuran penampang atas 600 meter x 580 meter itu keluar semburan asap tebal berwarna merah kehitaman.

Pada saat kejadian, warga sempat khawatir, terutama mereka yang berada paling dekat dengan gunung tersebut, yakni warga Kecamatan Kayuaro dan Kecamatan Gunung tujuh. Sebagian warga keluar rumah dan bergerombol di tengah jalan raya untuk menyaksikan peristiwa gunung api yang berada di kawasan Bukit Barisan tersebut. Kepala Pos Pemantau Gunung Api Kayuaro Kerinci Eri Prasetiyo mengatakan letusan Gunung Kerinci terjadi berkesinambungan sejak Senin pukul 22.00 hingga Selasa pukul 02.30 WIB. Menurutnya, kurun waktu antara lima sampai 10 tahun merupakan periode Gunung Kerinci mengeluarkan letusan. Ia mengimbau warga agar tidak panik karena letusan tidak membahayakan. Kendati demikian, ia meminta aktivitas pendakian ke gunung tersebut untuk sementara dihentikan.

Sementara itu, Kepala bagian Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kerinci Amir Syam mengharapkan pengawas gunung api melakukan pengkajian lebih teliti terhadap aktivitas Gunung Kerinci. Hal itu perlu dilakukan karena perilaku alam sulit ditebak. "Pak Bupati sudah berkoordinasi dengan pihak vulkanologi berkaitan dengan aktivitas Gunung Kerinci yang ditetapkan berstatus waspada. Hari ini pihak vulkanologi dari Sumatra Barat sudah bergerak ke Kerinci," kata Amir. Sumber : Media Indonesia
»»  read more

4.21.2009

Awan 'V' di Langit Sidoarjo

Awan putih yang membentuk huruf V di langit Kabupaten Sidoarjo dipastikan tidak berhubungan dengan fenomena alam. Dipastikan bentuk awan itu hanya sebuah kebetulan, sehingga warga diimbau tidak resah. "Tidak ada fenomena alam. Bentuk seperti itu hanya satu kebetulan," tandas prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Samsul Arifin kepada detiksurabaya.com, Senin (20/4/2009). Samsul menjelaskan bahwa bentuk awan bisa menyerupai apa saja termasuk membentuk sekias seperti huruf V seperti yang terlihat di langit Sidoarjo. "Tidak ada yang istimewa. Warga tidak perlu panik dan risau," tegasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, warga Sidoarjo dikejutkan dengan kemunculan awan aneh. Awan berbentuk huruf V ini menghiasi langit yang biru. Awan ini pertama kali terlihat sekitar pukul 07.15 WIB. Setelah hampir 30 menit terlihat, awan itu pun menghilang. Sumber : Detik.com
»»  read more

4.11.2009

Gilbert F. White, Bapak Manajemen Banjir

Gilbert F. White yang pada tahun 1942 dalam dissertasi doktornya yang sangat terkenal Human Adjustment to Floods menulis : Floods are ‘acts of God’ but flood losses are largely acts of man. Kalimat yang inspiratif tersebut kini telah menjadi milik dunia. Bahwa banjir adalah kehendak Tuhan kiranya tak ada yang menyangkal. Banjir adalah fenomena alam sebagai akibat panas matahari dan perputaran bumi yang menggerakkan siklus hidrologi. Bahwa umumnya kerugian banjir adalah karena perbuatan manusia, mungkin masih banyak diantara kita yang belum memahami.
"Banjir adalah Kehendak Tuhan, tetapi kerugian banjir secara besar perbuatan dan kehendak manusia."
Bapak Manajemen Banjir , meninggal pada 5 Oktober 2006 di rumahnya yang menghadap Boulder Creek di Boulder, Colorado. White, merupakan salah satu dari sederetan Profesor Emeritus dari Geografi di Universitas Colorado sejak 1980, yang telah dikenal secara luas dan banyak menyukai angka di ilmu geografi, kebijakan publik, manajemen banjir, sumber daya air, dan inisiatif lingkungan di seluruh dunia.

Lahir 26 November 1911 di Hyde Park, Illinois, menjadikan White tertarik dalam interaksi manusia-lingkungan selama musim summers dan dilahirkan di peternakan keluarga di Wyoming. Dia diterima mendapat gelar sarjana dari University of Chicago, dan Doktoral 1942 dengan disertasi:
“Penyesuaian Manusia Terhadap Banjir, telah dijuluki orang yang paling berpengaruh yang pernah ditulis oleh ahli ilmu bumi Amerika ini”
Dari uraian di atas tampak bahwa kerugian banjir muncul terkait dengan kepentingan manusia. Ketika sebuah prasarana pengendali banjir selesai dibangun umumnya segera diikuti oleh pembangunan daerah yang didorong oleh rasa aman semu karena adanya bangunan pengendali tersebut. Sedangkan untuk pengembangan di dataran banjir dan okupasi sempadan sungai biasanya disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap fungsi dan karakter sungai. Sungai sebagai alur alami tempat air mengalir sebenarnya hanya menunjukkan akibat saja dari perlakuan kita terhadap DAS. Karena ruang dan lahan DAS kita perlakukan secara sembarangan kurang memperhatikan fungsinya sebagai media air mengalir, pada saat musim penghujan kita menuai hasilnya berupa masalah banjir yang semakin kronis.
Karena air merupakan cerminan peruntukan lahan tidak kita pahami, akhirnya kita mencelakai diri sendiri.
»»  read more

4.08.2009

Gioacchino, Pakar Gempa Italia di Tahan

L’Aquila –Andai saja peringatan seismolog Italia Gioacchino Giuliani di dengar pemerintah dan tidak menangkap kemudian membungkamnya. Mungkin sekitar 207 nyawa tidak akan melayang senin dini hari lalu (6/4). Walaupun tak bisa dihindari, dampak gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter di Kota L’Aquila mungkin kerusakan fisik maupun korban bisa di minimalisir. Mr. Gioacchino sebagai ilmuwan yang mampu membaca pertanda alam merasa punya tanggung jawab moral untuk memperingatkan warga kota. Selama sepekan terakhir sebelum gempa, dia berkeliling kota dengan mobil van yang dilengkapi pengeras suara sambil menghimbau warga kota kecil itu untuk mengungsi ke tempat aman. Sayang, pemerintah kota seempat yang melihat kepanikan warga justru menangkapnya. Mereka lantas menenangkan warga dan menghapus kecemasan mereka.
“Orang-orang menyebut saya orang aneh dan mulai mencaci maki, saya di olok-olok dan disebut pria idiot gara-gara memberi peringatan dini akan datangnya gempa besar yang mereka yakini tidak pernah bisa diprediksi,” ungkap Gioacchino.
Saat Gempa benar-benar menguncang bumi dan menghancur leburkan kota sekitar pukul 03.00 Senin (6/4) dini hari itu, Gioacchino geram. Upaya geolog itu tak kenal berhenti, sesaat sebelum getaran gempa terasa dia sudah berusaha memperingatkan warga lagi. Tapi semuanya sia-sia. Karena kemudian saat itu dia justru ditangkap dan diinterograsi pemerintah kota. Berdasarkan pernyataannya ke beberapa media bahwa tanda-tanda gempa hebat sudah mulai terdeteksi pertengahan Januari 2009. Tetapi Badan Perlindungan Sipil Italia menegaskan bahwa getaran yang terasa saat itu sangat normal.
“Kita memiliki sejarah gempa yang cukup panjang, Tapi, tidak ada yang kita lakukan untuk mengatasinya. Setelah musibah lewat, kita lupa dan tidak melakukan apa-apa,” Keluh Kepala Institut Geofisik Nasional Enzo Boschi.
Ironinya, ilmuwan yang waspada dan menyebarluaskan peringatan dini dengan berkeliling kota dan sampai memasukkannya lewat internet justru di curigai dan ditangkap polisi. Kemudian di interograsi hingga gempa hebat benar-benar menguncang kota berusia 13 Abad tersebut. Gempa hebat pernah meluluhlantakkan kota itu pada tahun 1461 dan 1703.
Peristiwa penangkapan pakar tersebut, menuai gelombang kritik dari masyarakat luas sampai Perdana Menteri (PM) Italia Silvio Berlusconi yang fenomenal itu kena getahnya. Namun dia berusaha mengalihkan perhatian kepada seluruh masyarakat untuk fokus kepada penanganan korban. Sumber : Jawa Pos, Daily Mail
»»  read more

2.28.2009

Ojek Perahu Banjir

Banjir selalu mendatangkan kerusakan dan kerugian. Namun di sisi lain ternyata banjir juga memberi peluang pekerjaan bagi tukang perahu, sehingga mata pencaharian tambahan. Apalagi banjir akibat luapan DAS Bengawan Solo terjadi setiap tahun. Sewa perahu itu terjadi ketika Tim FPBI pada banjir tahun 2008 lalu, untuk pengiriman nasi bagi penduduk Tim harus menyewa perahu untuk masuk ke Desa Kedungprimpen dengan perjalanan selama 3 jam. Beralihnya perahu sebagai ojek sepertinya sah-sah saja, tetapi alangkah baiknya Satlak PB setempat dapat memfasilitasi hal ini. Perhu di sewa untuk digunakan penduduk dan para pihak yang ikut membantu penanganan siaga bencana. Dengan sewa berkisar 50 sampai 100 ribu, hal ini amat membantu karena keterbatasan alat transportasi bencana di wilayah ini
»»  read more

2.26.2009

Prepardness Study G. Kelud

Setelah melalui diskusi ketat untuk membaca kembali sejarah 30 kali letusan Gunungapi Kelud sejak tahun 1000 sampai tahun 1990 di Posko Pasar Porong Baru, dengan inisiatif sendiri Tim Forum Peduli Bencana Indonesia (FPBI) memutuskan untuk melakukan kegiatan Study Kesiapsiagaan dan Mitigasi Gunungapi Kelud (SKM-GK) selama 2 (dua) hari secara mandiri.


Point pengamatan di lakukan di Kecamatan Ngancar dalam radius 5 – 10 km dari kawah, dengan rencana kegiatan berupa antara lain : Koordinasi dengan Posko Satlak PB Kab. Blitar dan Kediri, Mencari data, peta dan jalur evakuasi, Sosialiasi evakuasi dan pengungsian ke penduduk, dan Koordinasi dengan Pos Pantau Margomulyo. Gunungapi Kelud memang mempunyai keunikan tersendiri beserta penduduk yang tinggal di lerengnya. Periode meletusnya antara 15 sampai 30 tahun sekali, sehingga memberikan pengalaman cukup banyak bagi penduduk di bawahnya, dan memberikan manfaat dan kesuburan bagi kehidupan dan perikehidupan di sekitarnya di samping juga membawa bencana bila waktunya tiba. Berdasarkan hasil SKM-GK dapat dikompilasi beberapa hal penting yang menarik tentang kesiapsiagaan dan mitigasi di wilayah koordinasi Satlak PB Kab. Kediri, antara lain : Kesiapsiagaan di tingkat Satlak PB Kab. Kediri cukup baik, hal ini terlihat terdapatnya Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud yang diterbitkan oleh PVMBG, Bandung dan Data Wilayah Bencana, Evakuasi dan Pengungsian KRB I. Kesiapsiagaan di tingkat Satlak PB Kab. Blitar kurang baik, walaupun jumlah penduduk di kawasan rawan bencana mencapai 53.281 jiwa (KRB I dan II) belum terdapat persiapan sedikitpun titik evakuasi, titik penampungan pengungsi namun yang terlihat adanya petugas posko di Kantor Bakesbang yang kurang mempunyai pengetahuan cukup dalam penanggulangan bencana dan pengungsian.


Petugas mengalami kejenuhan dalam melakukan kesiapsiagaan meletusnya Gunungapi Kelud, Data jumlah penduduk di KRB I, II dan III terpampang berikut point-point evakuasi dan tempat pengungsian. Namun belum terdapat sosialisasi evakuasi dan pengungsian di tingkat penduduk semacam simulasi, simulasi hanya dilakukan di tingkat Posko Satlak PB setempat sehingga penduduk kurang memahami sehingga kebanyakan mengkonsumsi dari pemberitaan media akan ancaman bahaya tersebut, namun di sisi lain beberapa penduduk yang berusia lanjut justru mempunyai pengalaman akan letusan Gunungapi Kelud sejak 1951, 1966 dan 1990 sehingga mereka justru mempunyai persepsi yang rendah tentang ancaman risiko letusan gunung yang berada di wilayah Kerajaan Daha pada jaman dulu itu.
»»  read more
 

Nasib Kepedulian

Dialog Peduli


ShoutMix chat widget